Bahagia itu sederhana.. terhambur begitu saja di Gunung, Pantai, dan Senja..
Showing posts with label NTB. Show all posts
Showing posts with label NTB. Show all posts

Wednesday, May 23, 2018

Rinjani 100: My First Trail Running

Rinjani100 2018, saat turun dari summit

Ikut event lari di gunung atau trail running adalah keinginan saya yang belum pernah tercapai sebelumnya. Pertama kali tau tentang trail running saat melihat event GP100 tahun 2015 (https://gedepangrango100.com/ ) (Trail running Gunung Gede dan Pangrango), namun pertama kali terbesit untuk ikut trail running adalah event BTS ultra tahun 2015 untuk kategori 30 km (https://btsultra.com/) (Trail running Gunung Bromo, Tengger, dan Semeru). Namun semuanya cuma angan belaka.

Pertengahan february lalu, saya diingatkan oleh memory facebook tentang postingan foto saya di gunung rinjani pada tahun 2012.

Rinjani, Juli 2012

Lalu saya mention hadi (teman saat mendaki rinjani 2012 lalu) "kapan kesini lagi?", dan di jawab dengan "aku sih bulan mei" lalu menyertakan website https://rinjani100.com/

Saya pun kepo, dan melihat ada peluang untuk ikut, ada 4 kategori yaitu 27 KM, 36 KM, 60 KM, 100 KM, hadi ikut kategori 60 km, saya berkesempatan untuk ikut kategori 27 km atau 36 km karna 2 kategori ini tidak memerlukan kualifikasi pernah ikut trail run atau half marathon ataupun full marathon sebelumnya. Ya, saya hanya punya pengalaman mendaki yang itu pun terakhir kali nya Agustus 2016, tidak punya pengalaman trail running, half marathon, apalagi full marathon, lari 10 km pun belum pernah. Tapi keinginan untuk pergi ke gunung lagi, untuk pergi ke rinjani lagi, ditambah dukungan dari anet yang juga rela waktu cuti saya yang terbatas dipergunakan untuk ke rinjani, membuat saya memberanikan diri untuk daftar.

Sebelumnya, saya bertanya ke hadi, apa tidak berlebihan untuk first time trail running saya ke rinjani. Namun hadi meyakinkan kalau rinjani lebih cocok untuk pendaki daripada pelari (road runner) dan basic pendaki saya akan sangat membantu disana. Saya pun mendaftar kategori 36 km.

Course Map Category 36 KM

Elevation Gain Category 36 KM

Saya diizinkan untuk ikut oleh Anet dengan syarat harus latihan, saya pun memulai latihan dengan jogging 5 km, dan meningkat menjadi 10km (cuma 2x sih hehehe). Hadi berpesan jika ingin finish saya harus pergi latihan lari di gunung walau hanya sekali, atau paling tidak latihan naik turun tangga, dan harus membuat kaki saya merasakan lari atau jogging sejauh 36 km. Karna saya hanya libur di hari minggu, opsi untuk latihan ke gunung adalah hal mustahil, dan saya pun hanya jogging dengan durasi rata-rata 1-2x/minggu dan jarak rata-rata 5 km.

Seminggu sebelum event Rinjani 100, saya mulai panik, saya merasa tidak melakukan cukup latihan, hanya jogging 5 km itu pun dengan pace yang tidak memuaskan, pace tercepat saya hanya 6'17. Saya bercerita ke Anet tentang kekhawatiran saya, namun jawaban Anet sangat menenangkan, "gak usah dipikirin finish under COT (Cut off time), enjoy aja, anggap aja ini untuk ngobatin kerinduanmu dengan Rinjani". Ya, Anet memang tau cara menenangkan saya. :)

Training Log sebelum Rinjani 100 yang sangat minim.

Tibalah hari keberangkatan ke Lombok, saya menggunakan shuttle bus yang disediakan panitia untuk menuju sembalun dari bandara. Setiba di sembalun saya menuju ke rumah bang ridwan (kenalan dari mang Anto Koboi) untuk menumpang menginap, penginapan di sembalun full booked bahkan dari 3 bulan sebelum race. Sore hari nya saya bertemu dengan hadi dan rombongannya, di antara rombongan hadi, tak satupun yang ikut kategori 36 km, semuanya ikut kategori 60 km dan 100 km, bahkan yang perempuan pun ikut nya 60 km, jadi minder saya. hahahahha. Malam hari mengambil race pack di race central, lalu istirahat, setelah berdiskusi dengan hadi tentang strategi target waktu untuk tiap water station supaya bisa finish under COT.

Race dimulai hari jumat jam 23.30, dan cut off time untuk kategori 36 km adalah hari sabtu jam 14.30 (15 jam). Pukul 22.30 saya sudah di race central, pemanasan, lalu menelfon anet sebentar, dan bilang jika saya sampai di puncak lebih awal dari target, saya akan mengabari, tapi jika mepet waktunya, saya akan mengabari selepas finish insyaAllah.

15 Menit sebelum start, masih bisa senyum sumringah.
10 menit sebelum start, lagu Indonesia Raya di perdengarkan, kami bersama-sama bernyanyi. Tepat pukul 23.30 race dimulai.

Start Line Sembalun, kategori 36 KM

KM 0 (Sembalun, Start Line) - KM 7.5 (Pos 1, W4)
Target waktu 2 jam. Hadi berpesan untuk menjaga Heart Rate (HR) di bawah 150, supaya nd penyok nanti katanya. Namun baru start saja HR saya langsung naik ke 170, saya turunkan pace supaya HR turun ke 150, tapi saya semakin tertinggal, saya pun menaikkan lagi pace supaya tetap bisa mengikuti orang di depan saya, dan HR pun naik menjadi 160-170. Saya sampai di Water station pertama dalam waktu 1.5 jam. lebih cepat setengah jam dari target. Saya tidak berhenti lama di sini, hanya mengisi aqua 600 ml dengan bubuk pocari sweat dan langsung melanjutkan perjalanan. Kondisi masih fit.

KM 7.5 (Pos 1, W4) - KM 13.5 (Plawangan Sembalun, W2)
Target waktu 4 jam. Dimulai dari pos 1 ini, tanjakan nya semakin menjadi jadi, ya, bukit penyesalan, bukit yang bikin saya maki-maki sambil gendong carrier 6 tahun lalu. Saya sampai di Plawangan sembalun atau water station kedua dalam waktu 3 jam, 1 jam lebih cepat dari target. Disini saya berhenti sejenak, mengisi air, lalu wudhu untuk persiapan solat subuh, karna saat tiba di plawangan sembalun sudah jam 4 pagi, adzan subuh sekitar jam 5.10, dan sudah pasti saya sedang dalam perjalanan menuju puncak dimana tidak ada air selain air minum saya. Kondisi masih fit.

KM 13.5 (Plawangan Sembalun, W2) - KM 18.2 (Puncak Rinjani, W3)
Target waktu 4 jam. Belum 200m start dari plawangan sembalun, paha kanan saya keram, padahal kondisi saya masih fit, mungkin karna berhenti mendadak, lalu terkena dingin saat wudhu, saya berhenti sejenak, takut bertambah parah keramnya, sekitar 1 menit saya duduk, baru melanjutkan lagi, dan alhamdulillah keramnya hilang. Trek pasir dan batu mulai menyiksa, menyiksa fisik dan mental, untung nya saya membawa trekking pole atas saran hadi yang ternyata sangat membantu, saya juga bersyukur sering main ke Gn. Merapi saat kuliah, jadi saya sudah terbiasa baik fisik maupun mental dengan jalur pasir batu yang sangat menyiksa ini. Saya sampai di puncak rinjani dalam waktu 3.5 jam, setengah jam lebih cepat dari target. Saya istirahat sekitar 15 menit, makan energi bar, minum, dan selfie selfie (bawa tongsis, wkwkkw). Kondisi masih fit.

Bonus Sunrise di jalur summit
Mulai emosi sama jalurnya. (Hak foto by RunGrapher)

KM 18.2 (Puncak Rinjani, W3) - KM 22.9 (Plawangan Sembalun, W2)
Target waktu 45 menit. Saya turun secepat mungkin, berlari saat jalur memungkinkan dan berjalan cepat jika berbahaya karna terlalu banyak batu. Satu Trekking pole saya sampai bengkok saat saya terjatuh (memang trekking pole 75rb sih). Saya sampai di Plawangan sembalun sekitar 1 jam, lebih lambat dari target. Saya pun mengurungkan niat untuk makan pop mie di WS sembalun, mengisi air dan coca cola, melipat jaket, dan langsung melanjutkan perjalanan. Lutut saya mulai terasa sakit.

Sampe nyungsep nyungsep. (Hak foto by RunGrapher)

KM 22.9 (Plawangan Sembalun, W2) - KM 28.9 (Pos 1, W4)
Target waktu 1.5 jam. Awalnya saya confident untuk bisa berlari cepat saat turun, karna sepengalaman saya naik gunung, saya hampir tidak pernah mengalami kesulitan dan selalu bisa ngebut saat turun (kecuali turun dari batas vegetasi Gn. Merapi jalur kinahrejo). Namun ternyata lutut saya sudah mulai nyeri, mungkin karna terlalu dipaksakan saat turun dari puncak dan teknik downhill yang kurang baik, ditambah sepatu saya yang licin (saya menggunakan road running shoes karna tidak punya trail running shoes). Saya hanya bisa berjalan cepat. Sampai di Pos 1 sekitar 2 jam. Mengisi air, lalu lanjut lagi. Lutut semakin nyeri.

Muka mulai ndak nyantai. (Hak foto by RunGrapher)

KM 28.9 (Pos 1, W4) - KM 36 (Sembalun, Finish line)
Target waktu 1 jam. Lutut saya semakin nyeri, semakin tersiksa saat turunan, rasanya sepengalaman saya di gunung, ini pertama kali nya saya merasa tersiksa dengan turunan dibandingkan tanjakan. Perut saya pun mulai tegang, dimana membuat saya tidak bisa menarik nafas panjang, saya tau, inilah resiko dari memaksakan tubuh saya, resiko dari kurang nya latihan, kaki dan badan saya belum pernah merasakan 36 km dalam semalam, dengan tanjakan dan turunan sadis rinjani. Saya hanya bisa berjalan disisa-sisa Km ini, dengan kondisi lutut dan perut yang sudah sangat sakit. Awalnya saya ingin memaksakan lari disisa-sisa Km ini, namun saya melihat jam, dan masih mungkin untuk saya finish dalam waktu under COT walau dengan berjalan, saya tidak ingin mengambil resiko kaki atau perut keram dan malah tidak bisa melanjutkan race ke finish line yang hanya tinggal sedikit ini. Beberapa ratus meter sebelum finish line, sudah terlihat race sentral, saya pun kembali semangat untuk memaksakan berlari kecil untuk masuk ke finish line. Saya sampai di sembalun sekitar 2 jam, 1 jam lebih lama dari target. Saya pun finish dengan waktu 13 jam 56 menit. Menyisakan waktu 1 jam 04 menit dari cut off time. Alhamdulillah, Allah memberikan saya kekuatan untuk menjadi finisher kategori 36 km.

Finish line, abaikan muka penyoknya. (Hak foto by RunGrapher)
Finisher Medal 36 KM

Melelahkan, menyakitkan, tapi saya merasakan kepuasan lain saat melewati finish line, kepuasan yang sulit untuk dijelaskan, namun membahagiakan.
Semoga ini menjadi awal yang baik untuk bisa ikut race dengan jarak yang lebih jauh dan motivasi untuk menjadi lebih kuat.
Lalu, saya pun berangan-angan untuk bisa menjadi finisher ultra trail 100 km suatu saat nanti, dimana Anet sudah menunggu di finish line untuk memberikan pelukan hangat. Ya, hopefully one day.


Ditulis di Malaysia, 23-May-2018,
Untuk pengalaman di Rinjani 100 race event, Gunung Rinjani, 4-6 May 2018



Bonus: Rinjani 100 tahun 2018 short video. (Source: https://rinjani100.com/)


Tuesday, May 8, 2012

Sepenggal Cerita di Tanah Nusa Tenggara (part 4)

"Salam kenal pasir putih Gili Trawangan"


Kakiku melangkah, masuk menjamah lautan gili, pasir-pasir putih mulai memperkenalkan diri..
Aku langsung mencari penginapan untuk menyimpan barang, hei tunggu, penginapan bro, sejak kapan aku bermewah-mewah ketika berkelana di alam? Huahaha
Untuk kali ini, aku ingin menikmati alam dengan cara yang berbeda, tidak ada tenda, tidak ada nesting, tidak ada truk sayur/kereta ekonomi, I juts wanna enjoy the nature with different ways for this time.. :)

Setelah menyimpan barang aku keliling berjalan kaki di pinggir-pinggir pulau, pulau ini rame sekali, namun jauh lebih rame turis-turis asing dibandingkan wisatawan lokal. Untuk orang-orang yang suka dengan keramaian, party, hedon, tempat ini sangatlah cocok, kalian juga bisa menemukan bar dimana-mana. Namun untuk orang-orang yang suka dengan ketenangan, mungkin gili air atau gili meno lebih cocok untuk anda.

Di sini, tidak ada kendaraan yang menggunakan bahan bakar, tidak ada motor, apalagi mobil, yang ada hanyalah pejalan kaki, sepeda, dan cidomo. Cidomo adalah kendaraan seperti delman, menggunakan kuda, dan ada bak di belakangnya dengan 2 roda mobil, unik sekali. Jika ingin mengelilingi pulau, bisa dengan naik cidomo ini atau menggunakan sepeda.


Setelah pasir-pasir putih memperkenal diri, Desir-desir ombak, semilir-semilir angin, ikan-ikan di pantai seperti memanggil-manggilku dari tadi, aku langsung menyewa snorkle, untuk bersnorkling ria di pantai, sewa? Haha.. Like I said, kali ini aku ingin menikmati alam dengan cara yang berbeda.. :)

Hampir 1 jam mungkin aku bermain-main di pantai sambil bersnorkling ria, ditemani bule-bule seksi di sepanjang pantai.. Heuheuheu
Aku serasa ingin terus berada di dalam air, ikan-ikan ini, terumbu-terumbu karang ini, ah! Gili, kenapa kau begitu indah?


Ikan-ikan yang berwarna-warni memenuhi pantai gili, ada yang berwarna biru terang, ada yang berwarna merah, ada yang hitam bercorak garis kungin atau abu-abu. Menyelam mungkin lebih asik, tapi sayang, uangku tidak cukup untuk diving.. :(
Mungkin lain kali ketika aku kembali.. :)

Sore menjelang, aku menyewa sepeda untuk mengelilingi pulau, sewa lagi? Hehe.
Pulau ini hanya memiliki lebar sekitar 3 km dan panjang 2 km. Aku bersepeda mengelilingi pulau, mencari tempat istimewa untuk menikmati senja, senja di gili trawangan..

Begitu aku sampai di bagian barat gili trawangan, senja sudah mulai renta, langit mulai membuka tali pengikat tirai senja, Surya mulai terhimpit, semakin terhimpit, lalu di tenggelamkan langit..


Gelap malam datang.. Aku masih diam tak bergumam.. Sungguh menenangkan..
Ah! Aku bukan mulai, tapi benar2 telah jatuh cinta pada tanah nusa tenggara..

Apakah yang sesungguhnya manusia cari? Selain ketenangan dan kedamaian.. Sulit sekali menjelaskan bagaimana alam memberikan 2 hal itu bersamaan.

Sekarang, aku hanya duduk di atas pasir putih, di depan garis pantai, bersama deburan2 ombak, ditemani alunan musik reggae dari bar di sampingku.. Namun damainya luar biasa aku rasakan.. Kenapa? Entahlah, sama seperti sebelumnya, lisan selalu sulit mengungkapkan, namun hati selalu bisa merasakan..

Besok aku akan meninggalkan tempat ini.. Tapi aku berjanji, suatu saat aku akan kembali, dengan kerendahan hati yg lebih dari aku di hari ini. Karna sesunguhnya petualangan adalah media untukku meraih kesederhanaan, dalam hati, dan dalam perasaan..

Sebab semakin jauh aku berjalan, semakin aku sadar dan paham, alam tak akan pernah bisa di taklukkan..

Selamat malam,
terima kasih Gili trawangan..

25-februari-2012
Di atas pasir putih gili trawangan



-Bersambung-

Sunday, April 29, 2012

Sepenggal Cerita di Tanah Nusa Tenggara (part 3)

25-februari-2012

"Dengan bangga mereka menyebutnya, Gili Trawangan"

Satu bulan sudah aku di nusa tenggara, jenuh? Bohong besar jika aku bilang tidak.
Jumat malam, 24-februari-2012, aku naik bis dari sumbawa menuju lombok, menyebrangi lautan dengan kapal ferry.. Butuh waktu 6 jam untuk sampai ke mataram..

Aku berlomba-lomba dengan sang surya, siapa yang lebih dahulu menyapa kota. Tentu saja aku pemenangnya, aku bahkan terjaga dari sebelum fajar tiba.

Pagi-pagi sekali aku sudah bersiap, menuju pelabuhan bangsal, lombok utara. Ada 2 jalur menuju pelabuhan bangsal dari mataram, lewat gunung sari atau pantai senggigi. Jika lewat gunung sari, kau akan melewati rerimbunan hutan yang asri, dan melihat banyak monyet-monyet liar di pinggir jalan. Jika lewat pantai senggigi, sepanjang jalur kau akan menyusuri garis pantai, barat pulau lombok, bukan main indahnya. Aku memilih lewat jalur pantai senggigi untuk jalur pergi, dan lewat gunung sari untuk jalur pulang.

Jam 10 lewat, aku sampai di pelabuhan bangsal. Ada 3 pilihan perjalanan dari sini, gili air, gili meno, atau gili trawangan. Untuk yang masih asing dengan "gili", mungkin bisa di liat di google earth, 3 pulau kecil di sebelah utara, atau mungkin lebih tepatnya timur laut pulau lombok, nah itulah 3 gili itu.

Baru saja tiba di pelabuhan, orang-orang kapal sudah mendatangiku, "gili trawangan mas? Ayo 10 ribu", aku langsung naik ke kapal kecil, yang di penuhi dengan sayur-sayuran, lauk-pauk, ikan, milik penduduk lokal beserta 2 orang turis dari skotlandia (pengakuan mereka). Ombak tidak begitu besar, malahan lebih menegangkan sewaktu aku ke pulau temajok (pulau kecil di sebelah barat kalimantan barat)


40 menit kemudian...

"Welcome To Gili Trawangan"

Lagi, lagi dan lagi.. Aku tertipu oleh alam nusa tenggara. Bulan lalu aku ke pantai senggigi, aku pikir, senggigi adalah pantai terindah, lalu aku pergi ke sumbawa, menjamah pantai-pantai di pinggiran sumbawa barat, pantai maluk, pantai tropi, dan aku langsung berpikir, tropi is the most beautiful beach I ever seen.. Dan sekarang, I'm totally wrong.. I'm speechless, nothing I can say.. Aku kira ini bukanlah lautan, lebih tepat jika aku bilang kolam renang yang sangat luas. Biru muda, biru tua, karang, kapal-kapal kecil. Ingin sebenarnya aku teriak, HEIII.. LIHATLAH, INILAH INDONESIA!!! WHAT A VERY BEAUTIFULL COUNTRY I HAVE!!!


Kakiku sudah tak sabar ingin masuk ke "kolam renang raksasa" ini. Ikan-ikan kecil sudah memanggil-manggil dari dalam air..


-bersambung-

Monday, April 16, 2012

Sepenggal Cerita di Tanah Nusa Tenggara (part 2)

24-januari-2012


Lagi, Pagi ini aku menyapa kota lebih dahulu dari sang surya. Angin kencang di kota mataram mengiringi datangnya matahari pagi. Aku sudah siap melanjutkan perjalanan, carrier sudah terpasang di pundak, kaki sudah siap melangkah. Hari ini aku akan ke pulau sumbawa, menyebrangi lautan nusa tenggara dari pelabuhan kayangan, lombok timur.

Aku berangkat dari kota mataram jam 7 pagi, dibutuhkan waktu 2 jam untuk sampai ke pelabuhan kayangan. Harusnya aku naik boat milik perusahaan, namun boat sedang tidak beroperasi karna rusak, dan aku pun harus merogoh saku lagi Rp. 18000, menumpang kapal ferry.

Kapal ferry ini tidak jauh berbeda dengan kapal ferry di pontianak yang dipakai untuk menyebrangi sungai kapuas dari jalan tanjungpura menuju siantan, yang membedakan adalah medannya dan lama perjalanan. Jika ferry di pontianak hanya berlayar sekitar 10-15 menit, ferry di sumbawa berlayar sekitar 2 jam untuk sampai tempat tujuan. Jika ferry di pontianak menyebrangi sungai, ferry di sumbawa menyebrangi lautan.

Jam 9.10 WITA, aku sampai di pelabuhan kayangan, kapal ferry sudah hampir berangkat, setelah membeli karcis, aku pun berlari-lari menuju kapal.



Ini benar-benar tempat baru, orang-orang baru, tak satupun ada orang yang kukenal di sini. Tak pernah terfikir sama sekali aku akan berkelana sendiri di tempat ini, tempat yang jauh dari rumahku, tempat yang jauh dari kampus ku, tempat yang jauh dari tanah kelahiranku.

Namun inilah yang aku suka, melangkah menulusuri tempat-tempat baru, membuka mata kepada hal-hal baru. Sebab terlalu sayang rasanya, jika hidup yang relatif singkat ini di habiskan untuk hal-hal yang penuh dengan kemonotonan.

"TEEEETTT"
Suara dari kapal ferry, tanda bahwa kapal siap berangkat. Perlahan kapal meninggalkan dermaga, daratan lombok semakin lama semakin mengecil di pelupuk mata. Aku mulai tenggelam dalam sebuah lamunan, Rasa-rasanya aku masih tidak percaya, aku sedang berada di lautan nusa tenggara sekarang. Aku lahir di Kalimantan, saat SMP aku belajar geografi, aku hanya bisa melihat di peta, tanah nusa tenggara, seperti mimpi saja dulu pikirku akan menginjakkan kaki di tempat ini.


Lamunanku terpecah, saat melihat penyu besar mengapung di dekat kapal, besar sekali, aku yakin panjangnya lebih dari 1 meter. Ini kedua kalinya aku melihat penyu yang sebesar ini, yang pertama di pulau temajok (pulau kecil di dekat kalimantan barat) tapi sudah mati terdampar. Yang ini lebih besar dan masih hidup, sayang sekali belum sempat kuambil gambarnya, kapal sudah berlalu.

Aku mulai memperhatikan sekeliling, sungguh menakjubkan pemandangan sepanjang perjalanan menuju pulau sumbawa ini, banyak pulau-pulau kecil yang sepertinya tanpa penghuni, menghiasi lautan di antara pulau lombok dan pulau sumbawa. Ingin sekali rasanya aku melompat di laut biru ini, berenang menuju pulau-pulau kecil itu.

Jam 11.15 WITA, kapal ferry merapat, aku sampai di pelabuhan kanu, sumbawa. Betapa aku terkejut melihat garis pantai pulau sumbawa yang sangat.. Sangat.. Ah.. Susah sekali menggambarkannya, yang pastinya jauh lebih indah dari pantai senggigi. Pantai berwarna biru jernih, bahkan hingga kedalaman beberapa meter, air masih berwarna biru jernih, terlihat jelas ikan-ikan kecil dalam gerombolan berenang.


Memang benar, sumbawa adalah surga, bagi manusia yang cinta panorama dari sebuah pantai. Aku masih membayangkan, jika garis pantai di pelabuhan saja sudah sebagus ini, bagaimana indahnya pantai-pantai lain di pulau ini..

Ah! Lombok.. Sumbawa.. Sepertinya aku mulai jatuh cinta dengan tanah Nusa Tenggara..


Angin kencang dan debu-debu pasir yang berterbangan menyambut kedatanganku.
"Selamat Datang di Tanah Samawa"
Salam kenal, pulau sumbawa..
Kemana lagikah carrier ini akan kubawa?


-bersambung-

Sunday, April 15, 2012

Sepenggal Cerita di Tanah Nusa Tenggara


Petualangan di Nusa Tenggara, 23 januari - 24 meret 2012..
Selamat tinggal tanah jawa, aku akan berkelana 2 bulan, meninggalkan keramahan yogya, meninggalkan hiruk-pikuk jakarta, dan meninggalkan rutinitas lama. I called it, new place, new people, new rutinity, and absolutely, new life!

Pagi ini, tidak seperti biasa, aku menang dari sang surya, aku terjaga bahkan sebelum fajar menjelang. Aku memang harus berjuang pagi ini, melawan rutinitas lama, bangun siang! Pesawatku take off jam 7 pagi, dan aku harus naik bis jam 4 pagi menuju bandara Soekarno-Hatta.

Jakarta jam 4 pagi, aku mulai berkhayal, andaikan jakarta juga seperti ini di siang dan malam, tanpa rentetan panjang mobil-mobil, tanpa polusi yang membuat bernafas pun sedikit risih.. Ah.. Sudahlah, itu hanyalah khayalan, benar-benar khayalan.

Jam 7.30 WIB, pesawat dari maskapai yang sering aku caci take off, harusnya jam 10.00 WITA aku sudah sampai di lombok, nusa tenggara barat. Jam 9.50 WITA pesawat melewati pulau dewata, pulau yang kurasa lebih sering berjumpa turis asing mungkin daripada orang pribumi. Pulau lombok pun sudah terlihat, daratan terasa sudah dekat sekali, garis pantai senggigi yang membentang panjang pun sudah melambai-lambai menyambut..


Pesawat semakin menurun, lalu tiba-tiba masuk ke gumpalan awan hitam yang besar, turbulen hebat menyebabkan goncangan yang keras, hampir 5menit pesawat tergoncang terus, ibu-ibu di dekatku pun mulai berdoa sepertinya meminta ampunan kepada Tuhannya. Huft, this is the worst flight I ever had.

Cuaca tidak memungkinkan untuk landing, sebab jarang pandang kurang dari 5 meter, setelah berputar-putar di atas pulau lombok, pilot memutuskan untuk putar balik dan mendarat darurat di bali. Jam 11.30 WITA pesawat berangkat lagi. Jam 12.00 WITA, pesawat landing, aku melihat tulisan besar "Bandara Internasional Lombok". What a long journey, dalam 6 jam aku menjejakkan kaki di 3 pulau berbeda. Setahun sudah aku ingin menjejakkan kaki di sini, akhirnya tercapai.


Dengan sebuah carrier besar di punggung dan sebuah daypack, aku melangkahkan kaki keluar dari bandara lombok. Orang yang berjalan sendirian dan membawa carrier besar adalah sasaran empuk calo-calo di sini, dan benar saja, calo-calo langsung dengan sigap menyerumutiku, cara paling ampuh menolak adalah dengan berkata, "aku dijemput bang".

Sebisa mungkin aku menghindari calo-calo itu dengan langsung naik bisa damri, tujuan pertama, pantai senggigi.


Bermodal 25 ribu, aku sampai di pantai senggigi, aku berjalan mengelilingi pantai senggigi, carrier ku tak terasa berat nya berkat panorama pantai ini. Garis pantai berwarna biru, pasir-pasir halus, pondok-pondok sederhana sampai yang paling mewah juga ada.. Turis-turis asing yang sedang snorkling, ada pula yang bermain kayak-kayak.. Asik sekali sepertinya bermain kayak-kayak di laut ini..
Sungguh manis pantai senggigi ini..
kuucapkan lagi kalimat kesukaanku,

"bahagia itu sederhana, terhambur begitu saja di gunung, pantai, dan senja.."


Apalagi kah yang harus kutulis untuk menggambarkan tempat yang indah ini? :)



Lalu, kemanakah kaki ini membawaku esok hari?
Hmm.. Sumbawa, ya pulau sumbawa..


-bersambung-