Bahagia itu sederhana.. terhambur begitu saja di Gunung, Pantai, dan Senja..

Sunday, June 19, 2011

Cerita Tentang Pendakian Gunung Semeru (Part 3)

Sambungan Dari Part 2...



Dari arcopodo jarak yang perlu ditempuh untuk sampai di puncak tidak terlalu jauh, tapi karna medannya yang sulit dan sangat terjal, dibutuhkan waktu 5-6 jam untuk sampai ke puncak. Tak ada satu pohon pun di tempat ini, yang ada hanya pasir dan batu, lebar jalur pendakiannya hanya sekitar 1,5 m, di samping kanan-kirinya adalah jurang, aliran lahar. Mungkin terlihat menakutkan, tapi terasa sangat menyenangkan untuk orang-orang yang menyukai tantangan. Sedikit demi-sedikit, jalur pendakian ini membuat ku sedikit frustasi, karna langkah 3-1, yaitu 3 langkah maju, 1 langkah mundur, begitulah seringnya. Dalam kelelahan dan napas yang terengah-engah, aku melihat langit dan keadaan sekitar, eloknya langit di atas kepalaku malam ini, bulan yang hampir purnama, kelap-kelip bintang yang jumlahnya tak terhingga, bahkan beberapa kali kulihat bintang jatuh di langit. Tak banyak aku berhenti istirahat, karna puncak mahameru seperti sudah memanggil dan menanti kedatanganku, dengan penuh semangat dan dengan senter yang mulai redup, aku lanjutkan perjalananku, hembusan angin di ketinggian ini benar-benar terasa, terasa menusuk-nusuk tulang.




Dalam dinginnya malam, aku terus berjuang, mengejar puncak mahameru, mengejar imipianku, dan akhirnya, dengan perjuangan yang besar, setelah 4,5 jam, jam 4.30 pagi, aku sampai ke tempat yang datar dan tak ada lagi tanjakan, lalu aku lihat plang dari kayu bertuliskan “PUNCAK”. Kawan, ternyata aku telah sampai di puncak mahameru! aku sampai di tanah tertinggi di pulau jawa! Aku sampai di tempat impianku! Semua rasa lelah hilang seketika, terbayar dengan bangga dan bahagia yang tak bisa kuungkapkan dengan tulisan, terbayar dengan indahnya pemandangan dari tempat aku berdiri, tempat aku berpijak, aku mendapat salaman dan pelukan hangat dari teman-teman yang sama-sama berjuang untuk sampai di tempat ini. Aku terdiam, tak mampu bicara, sambil melihat awan yang berada di bawah kaki ku, lalu aku tertawa sendiri dan tanpa sadar air mataku menetes. Ini seperti negeri di atas awan, kawan, jika kau ingin melihat keindahan Indonesia, datanglah ke tempat ini, karna kau tak akan pernah mendapatkan keindahan Indonesia di kota, datanglah ke sini, dan kau akan sadar betapa indahnya Negara kita.





SUMMIT ATTACK SELESAI

Sudah hampir 1 jam aku berada di puncak, awan di sebelah timur mulai nampak kemerah-merahan, matahari mulai mengintip-ngintip dari kejauhan.



pemandangan di sekelilingku pun semakin jelas, ada gunung arjuna, di sebelah gunung arjuna terlihat gunung bromo sedang mengeluarkan asapnya, dan terlihat pula kota malang, ada monumen penghormatan untuk Soe Hoek Gie.



Lalu aku mengibarkan slayer pecinta alam kebanggaanku di sini, beberapa saat setelah aku membuka jaket, tiba-tiba terdengar suara.. DUAARRR!!!. Kawah Jonggring Saloko di puncak semeru yang masih aktif yang hanya berjarak 50 meter di depanku erupsi, asap panasnya membumbung tinggi hingga ratusan meter, aku lari kebelakang hingga terguling, awalnya aku takut, namun aku bangun dan berbalik, lalu mengambil foto untuk kenanganku, karna ini adalah momen langka dalam hidupku, aku melihat ada seorang bule wanita dari perancis yang sedang asik mengambil foto juga, aku bertanya, “hey mam, don’t you scare?” dia menjawab, “I don’t know why are u running, I don’t know that sound, I just see that’s beautifull scene”, lalu aku bilang, “if the smokes goes to us, we are going to die mam”. Dia pun menjawab lagi, “that’s no matter to die in this place, this is beautifull place”. Bahkan seorang bule merasa tidak masalah jika mati di tempat ini. Bisa kau bayangkan teman betapa indahnya tempat ini?.



Setelah cukup puas menikmati pemandangan di puncak mahameru, aku langsung turun, karna sebelum jam 9, tempat ini harus sudah kosong oleh pendaki, sebab di khawatirkan gas beracun dari kawah nya mengarah kearah pendaki. Betapa bahagianya aku bisa menikmati semua ini, dari semua yang telah aku lalui selama pendakian ini, aku mendapat sesuatu yang baru.


" Mendaki gunung bukan hanya perjalanan alam, tapi juga perjalanan hati, Mencapai puncak gunung bukan berarti berhasil menaklukkan gunung, tapi berhasil menaklukkan keegoisan atas diri sendiri, Karna sungguh.. gunung tercipta bukan untuk ditaklukkan, tapi untuk di nikmati keindahannya. "




Semeru..
Dinginmu adalah salju, namun kehangatan bagi hatiku..
Bagi jiwa terlunta oleh bisingnya kota..
Jurang-jurangmu adalah kegelapan..
Namun tumbuhkan keberanian di jiwa yang terdalam..
Pemandangan di puncakmu adalah ketenangan..
Yang tak bisa dijelaskan dengan lisan..

Hari ini.. Aku kembali..
Meninggalkan jurang-jurangmu..
Meninggalkan dingin dan sepimu..
Sampai jumpa kembali..
Semeru..




Cerita Tentang Pendakian Gunung Semeru selesai, tapi kenangan yang telah tersimpan di hatiku takkan pernah usai.. aku pergi.. bukan untuk melupakanmu, tapi untuk menceritakan kepada khalayak tentang pesona indahmu..




Pendakian Gunung Semeru, 11-15 Juni 2011
Salam Lestari,
Ade Setio Nugroho

Saturday, June 18, 2011

Cerita Tentang Pendakian Gunung Semeru (Part 2)

Sambungan Dari Part 1...



Pagi hari di Ranu Kumbolo, banyak aktifitas di sana, ada yang masih duduk melengkung menahan dingin, mandi, memancing, tidak sedikit pula yang mengambil gambar untuk mengabadikan kenangan, walaupun berbeda-beda aktifitasnya tapi ada satu hal yang aku lihat sama, mereka semua benar-benar menikmati keistimewaan tempat ini, hal itu terpancar dari wajah mereka semua yang ada di sini, senyum manis dan tawa ceria.



Siang mulai menjelang, kabut mulai naik menutupi danau ranu kumbolo, seakan memberikan pesan tersirat, bahwa tantangan yang ada di depan kami sudah menunggu, akupun melipat tenda dan melanjutkan perjalanan, di mulai dari sebuah tanjakan terjal yang terkenal dengan nama tanjakan cinta, tanjakan ini lumayan menguras tenaga, tapi setelah melewatinya, lelahnya tak terasa, karna di balik tanjakan cinta ini aku melihat padang ilalang yang di penuhi oleh edelweiss, bunga abadi, bunga yang hanya hidup di ketinggian lebih dari 2500 Mdpl, sudah lama sekali aku ingin melihat langsung bunga ini, bertemu satu tangkai saja aku pasti sangat senang, namun kali ini aku menemukan sehamparan luas bunga abadi ini. Setelah cukup puas melihat bunga-bunga edelweiss itu, aku melanjutkan perjalanan lagi, setelah hamparan edelweiss, medan tempur yang berikutnya adalah hutan cemara, dimana sekelilingku isinya hampir semua adalah pohon cemara, dari tempat ini, pendakian mulai sedikit menantang, jalur pendakian mulai terus menanjak, napasku pun mulai terengah-engah sambil memikul tas ransel ku yang beratnya 18kg, tapi tak sedikitpun aku memperlambat langkahku, karna aku yakin, semakin sulit perjalanan ku, pasti semakin banyak lagi hal-hal indah yang tak kuduga yang menantiku di depan sana.


Setelah 2,5jam perjalanan, aku sampai di jambangan, dari tempat ini, puncak semeru, mahameru, sudah terlihat, aku berhenti sejenak, mengamati puncaknya yang di selimuti asap tebal hasil semburan dari kawahnya, sambil berkata dalam hati, “aku akan berada di sana besok pagi sebelum matahari terbit”.


Aku semakin semangat melanjutkan perjalanan, langkahku semakin cepat, setelah setengah jam perjalanan, aku sampai di kalimati, 2700 Mdpl, dari sini puncak mahameru semakin jelas terlihat, yang pastinya membuat semua pendaki semakin geram dan tidak sabar untuk melanjutkan perjalanan, namun aku memutuskan untuk istirahat di kalimati, mempersiapkan tenaga untuk summit attack pada malam harinya, sebab dari sini setidaknya butuh sekitar 6 jam lagi untuk sampai puncak mahameru. Aku pun mendirikan tenda di kalimati, masak, dan mengambil air, karna setelah kalimati tidak ada lagi sumber air, di sinilah tempat air yang terakhir.


Setelah istirahat yang cukup selama 5 jam, mengisi persediaan air minum, aku melanjutkan perjalanan lagi menuju tempat sebelum summit attack, yaitu arcopodo, 2900 Mdpl, perjalanan menuju arcopodo cukup menegangkan, karna di samping-samping jalur pendakian, di kanan dan kiri nya adalah jurang, jurang blank 75, yang jika sampai jatuh ke dalamnya sangat susah untuk selamat, blank 75 adalah jurang yang terbentuk karena aliran lahar.

Waktu yang di butuhkan untuk sampai arcopodo adalah 1,5 jam. Aku istirahat sebentar di arcopodo, mempersiapkan diri untuk pertarungan yang sesungguhnya, yaitu summit attack!


Bersambung ke part 3... :D

Friday, June 17, 2011

Cerita Tentang Pendakian Gunung Semeru (Part 1)


Lima tahun yang lalu, pada saat aku kelas 2 SMA, aku pernah bermimpi dan berhasrat besar mendaki gunung semeru, gunung tertinggi di pulau jawa. Terinspirasi dari tokoh favoritku yang mati di sana, SOE HOK GIE. Banyak yang ingin ku jumpai di sana, Ranu Kumbolo, bunga abadi Edelweis, dan yang pasti puncak semeru, mahameru. Jiwa petualang benar-benar menyebar di tubuhku, organisasi pecinta alam yang aku ikuti benar-benar berhasil menanamkannya. Semenjak saat itu aku mulai bising dengan kota dan perlahan banyak menghabiskan waktu di alam.



Banyak orang sering bertanya, “kenapa sih suka naik gunung? Kenapa sih suka ke pantai? Kenapa sih suka berpetualang di alam? Kan capek.” Aku akan jawab di sini, karna dari dulu aku belum pernah menjawabnya. Aku selalu bangga menceritakan, bahwa aku adalah seorang pecinta alam, alam mengajarkanku banyak hal, alam membuat aku tahu siapa diriku, yang tak akan pernah didapatkan dengan hanya duduk manis di dalam kelas, alam membuatku menjadi (seperti) liar? iya! namun alam perlahan menjinakkan singa keegoisan di dalam diriku.


Lima tahun berlalu dari awal kutanam mimpi itu, seorang teman menawarkan untuk pergi bersama ke tempat impianku dan mungkin impian banyak orang juga, GUNUNG SEMERU. Tanpa berpikir panjang aku langsung packing barang dan berangkat dari yogya berdua, langsung pada malam hari itu. Kami berangkat dari Yogyakarta menuju malang dengan kereta api ekonomi Malabar. Sampai di malang pada pagi hari, kami sarapan di warung makan di stasiun malang, lalu melanjutkan perjalanan mencari rumah sakit di kota malang, untuk membuat surat keterangan sehat (syarat pendakian gunung semeru), setelah berjalan kaki sekitar 1km, kami menemukan rumah sakit nya, dan setelah masuk ke dalam, ternyata oh ternyata, poliklinik nya tutup karna hari sabtu. Kami pun lanjut lagi mencari angkot AT menuju terminal Arjosari, tujuannya sebenarnya ke pasar tumpang, tapi karna tidak ada angkot yang langsung ke tumpang, jadi kami harus ke Argosari terlebih dahulu, setelah sampai di argosasi kami nyambung naik angkot lagi menuju pasar tumpang, dan di dalam perjalanan menuju pasar tumpang, kami melihat anak SMP tewas di tikam di pinggir jalan, sungguh pemandangan yang mengenaskan, betapa gilanya dunia di jaman sekarang.


Setelah 1,5 jam perjalanan, aku sampai di pasar tumpang, dari pasar tumpang tujuan berikutnya adalah ranupane, pos pendaftaran pendakian, dari sini kami harus naik jeep atau numpang truk sayur, tapi karna kurang orang dan ongkos naik jeep jadi sangat mahal, kami memutuskan untuk menumpang truk sayur, dan hasilnya, setelah menunggu 5 jam di pinggir jalan, kami tidak mendapat tumpangan. Kami bersabar menunggu rombongan lain, sambil memasak air untuk membuat kopi di pinggir jalan raya, heuheu.
Dan akhirnya jam setengah 5 sore, ada beberapa rombongan datang, jeep penuh, jadinya kami naik jeep ke ranupane. Jam setengah 7 malam, kami sampai di ranupane, kami bermalam di ranupane.


Keesokan harinya, aku memulai pendakian, bersama rombongan dari UI dan rombongan dari tim dokumenter Ring OF Fire Advanture, dari ranupane menuju ranu kumbolo, jaraknya 9,5 Km. Aku berjalan sedikit terburu-buru, karna sudah sangat tidak sabar ingin melihat ranu kumbolo, setelah mendaki 4,5 jam. Aku sampai di ranu kumbolo, betapa kagetnya, melihat danau yang sebesar itu di atas gunung, di ketinggian 2400 Mdpl, sungguh indah, indah sekali, aku memutuskan untuk bermalam di ranu kumbolo, sebab dari yang aku dengar, sunrise di ranu kumbolo sangat indah, karena ujung danau nya adalah pertemuan 2 bukit, dan matahari terbit di antara celah kaki pertemuan 2 bukit itu.



Bermalam di ranu kumbolo, aku tidak bisa tidur menunggu pagi, dinginnya benar-benar seperti menyayat-nyayat tulang, sleeping bag ku lembab, dan hanya semakin dingin memakainya, baju dan celana ku sudah 3 lapis, tetapi masih saja dingin, setelah berjam-jam berjuang melawan dingin, jam tangan ku sudah menunjukkan pukul 5, aku keluar dari tenda, dan betapa terkejutnya ketika aku melihat keadaan di luar tenda, ada salju! Meskipun tidak terlalu tebal, tapi sekelilingku sudah di penuhi es, dan suhu di luar adalah -3° C. Pantas saja dinginnya serasa menyayat-nyayat tulang. Waktu pun semakin berjalan, perlahan matahari mulai naik, dan memang benar, sunrise di ranu kumbolo memang sangat indah, indah sekali! Dinginnya memang menyayat-nyayat tulang, tapi indahnya, memberikan kedamaian.


Bersambung ke Part 2.. :)