Bahagia itu sederhana.. terhambur begitu saja di Gunung, Pantai, dan Senja..

Tuesday, July 31, 2012

Menikmati Eksotisme Matahari Pagi di Bukit Sikunir

Dini hari jam 3 pagi, dinginnya udara dieng membuat kami terjaga dari tidur lelap. Suasana desa dieng masih sunyi, gelap, sepi. Sang surya sepertinya masih terlelap di balik hitamnya langit malam. 10° C rasanya sudah lebih dari cukup untuk membuat tangan dan kaki menari-nari sendiri.
Hanya ada 1 alasan sebenarnya mengapa kami rela berlomba dengan sang surya untuk terjaga terlebih dahulu, “Puncak Bukit Sikunir!”. Bukit Sikunir terletak di Desa Sembungan yang konon katanya adalah pemukiman tertinggi di Indonesia, yang tinggi nya lebih dari 2100 mdpl. Kami rela terjaga jam 3 dini hari demi menikmati eksotisme matahari pagi di puncak bukit sikunir. Peralatan untuk bermain di alam pun telah kami siapkan, Rain Coat, Senter, sepatu, dll, sebab alam tak akan pernah memberi belas kasihan walaupun untuk orang-orang berpengalaman.
Jam 3.45 dini hari kami berangkat menggunakan sepeda motor dari desa dieng menuju desa sembungan, kaki bukit sikunir. Jari-jari tangan hampir mati rasa oleh angin malam yang mencium-cium ujung jari ini, dingin sekali. Perlu waktu sekitar 20 menit untuk sampai di kaki bukit sikunir dari desa dieng, melewati pemukiman yang mulai jarang dan jalan sempit berbatu, di beberapa tempat juga melewati pipa-pipa besar milik PT. Geodipa yang berisi uap-uap panas.
Jam 4.10 kami sampai di kaki bukit sikunir, hawa dingin pun semakin erat mendekap. Bintang-bintang mulai banyak sekali bermunculan, sebab tak ada polusi cahaya di sini, yang ada hanya cahaya-cahaya senter dari wisatawan-wisatawan lokal maupun internasional yang juga ingin naik ke bukit sikunir.
Jam 4.20, setelah berdoa, kami mulai mendaki bukit sikunir, dimulai dari jalan berbatu, kemudian masuk ke dalam rimbunnya hutan, namun beberapa bintang masih sanggup mengintip-ngintip dari langit. Perjalanan tidak terlalu melelahkan, 25 menit berjalan, kami pun telah sampai di puncak bukit sikunir, bersiap menunggu sang surya terjaga.
Untuk wisatawan-wisatawan yang ingin datang ke sini, kalian tidak akan kelaparan saat menunggu pagi, sebab warga-warga lokal ada yang berjualan kopi dan pop mie di puncak bukit ini, nikmat bukan, menyeruput secangkir kopi panas di saat dingin tak pernah lelah mendekap, lalu tinggal menunggu surya terjaga dari tidurnya. 
Jam 5.15, di langit sebelah timur rona kemerahan menyibak langit hitam kelam, fajar datang perlahan. Langit pun mulai terang, lalu Gn. Sindoro terlihat jelas berdiri dengan gagahnya, Gn. Perahu, Gn. Merapi, Gn. Merbabu dan juga Gn. Lawu. Saat kota menawarkan berjuta kemewahan, alam memberikan keindahan, dengan kesederhanaan. Begitu menawannya pemandangan dari puncak bukit sikunir.
Jam 6.00, matahari mulai naik semakin tinggi, setelah secangkir kopi habis, dan mata telah puas menikmati eskotisme matahari pagi di puncak bukit sikunir, kami bersiap turun. Perjalanan turun sangat singkat, hanya memerlukan waktu 10-15 menit.
Belum juga sampai di kaki bukit, mata kami langsung dimanjakan oleh sebuah telaga yang luas membentang, yang terselimuti oleh gelapnya malam ketika kami datang, telaga cebong namanya. Di pinggiran telaga cebong ada sebuah lapangan bola yang bisa digunakan sebagai camp ground. Satu kata untuk mendeskripsikan bukit sikunir, “EKSOTIS”.
Sekian tentang bukit sikunir, satu dari sekian banyak wisata istimewa di kawasan dieng dan sekitarnya.
  
                                                                                                                                            
*Foto-foto : Ade Setio Nugroho, Kaskus, Travel.detik