Ada yang aneh dengan Surya hari ini,
Tiba-tiba datang, pun tiba-tiba hilang,
Ada apa dengan Surya?
Kadang diam tenang bersembunyi di balik awan,
Kadang tersenyum senang di atas lautan.
Di sinilah aku sedang bercerita,
Di desa yang kokoh berdiri di atas awan-awan nirwana,
Dalam dingin yang tak pernah lelah mendekap raga.
Hari-hari demi hari berlalu penuh makna,
Dieng yang semakin mempesona,Alamnya, masyarakatnya, dan juga kemuliaan hati anak-anak desanya,
Memang benar, KKN adalah masa-masa paling menghidupi selama menjadi mahasiwa.
Sesungguhnya desa adalah tempat paling bijaksana untuk memuliakan jiwa,
Ketika kota menyuburkan kemunafikan lewat topeng-topeng kepalsuan.
Hari penarikan KKN tinggal dihitung dengan jari,
Setiap detik, setiap menit, setiap jam terasa semakin berharga,
Melihat kesederhanaan anak-anak desa yang tak ada habisnya.
Menjadi seorang sarjana adalah impian dan harapan dari sebagian anak-anak desa ini,
Mereka tak ingin menjadi penerus orang tua mereka, sebagai petani,
Namun keadaan seringkali membuat harapan mereka berakhir di ladang,
Bukannya menjadi petani itu buruk,
Hanya saja tuntutan dunia saat ini lebih dari itu.
Apa sepenuhnya salah mereka yang tak mewujudkan cita-cita?
Sebagian adalah kesalahan kita,
Yang sibuk memperkaya diri,
Namun tak pernah peduli.
Sejujurnya, aku ingin tetap berada dalam lingkaran kabut putih ini.
Menjaga impian dan cita-cita anak-anak desa,
Tumbuh bersama mereka.
Selalu punya harapan dan keinginan untuk melanjutkan sekolah,
Setidaknya sampai SMA.
Aku mulai sadar,
Menjadi mahasiwa adalah keberuntungan yang tak ada bandingan,
Jika melihat lebih dalam ke daerah pedesaan,
Bagi mereka, anak-anak desa, bagaimana mungkin terpikir menjadi mahasiswa,
Jika di desa saja tak ada SMA.
Aku hanya merasa, dunia begitu tak adil untuk mereka,
Sedang anak-anak kota hidup dengan bergelimang harta,
Sekolah pun ada dimana-mana.
Kita hidup dirumah dengan dinding kaca,
Sedang mereka hidup di rumah beralaskan tanah,
Kita sering resah jika motor tak ada sebentar saja,
Sedang mereka masih saja tersenyum ke sekolah, walau harus melewati 4 desa,
Lewat kehidupan desa, aku mulai membuka mata.
Di langit sebelah barat, perlahan surya tertidur,
Lalu kabut mulai menyelimut,
Dingin senantiasa memeluk,
Ketika bulan purnama membuat muka telaga bercahaya.
Aku teringat kembali aktivitas hari seharian tadi,
Bermain, bernyanyi bersama anak-anak desa yang tak pernah lelah tertawa,
Walau sebagian hidup dalam keterbatasan,
Ada tawa di balik duka, ada duka dibalik tawa,
Sebab kata tak selalu bermakna,
Seperti makna yang tak selalu hadir lewat kata.
Semoga almamater milikku yang telah tergantung di rumah salah satu anak desa ini,
Membesarkan impian dan cita-citanya. Amin.Desa Dieng,
5-Agustus-2012,
23.35
Salam hangat,
Ade Setio Nugroho
JOIN NOW !!!
ReplyDeleteDan Dapatkan Bonus yang menggiurkan dari dewalotto.club
Dengan Modal 20.000 anda dapat bermain banyak Games 1 ID
BURUAN DAFTAR!
dewa-lotto.name
dewa-lotto.com