Semilir angin di pinggiran jalan,
pejuang malam masih melangkahkan kaki dengan punggungnya yang usang..
Menantang hidup dengan mata sendu,
Pun penuh tanya yang membeku,
"Ah! Apalah arti mimpi,
Jika tidurpun di pinggir kali..
Jika matipun berteman sepi.."
"Aku hidup di telaga mati,
Aku hidup di lautan perih,
Yang Angin pun enggan membelai,
Yang Ombak pun enggan berdamai.."
Malam semakin larut,
Sang jiwa mulai takut,
Tetesan embun kadang menyejukkan,
Kadang berbisik tentang kepedihan..
Mimpi datang membesuk,
Sang jiwa mulai kalut,
Harapan membuatnya hidup,
Tapi kenyataan..
Selalu menyisakan tanya..
"Adakah tersisa cahaya nirwana?
Atau setetes air surga,
Untuk aku.. Untuk mereka..
Yang selalu penuh tanya.."
Tulisan ini..
dari "aku" untuk "mereka",
dan dari "mereka" untuk "aku"..
Nb : sebuah tulisan sederhana yang mencoba menggambarkan perasaan gelandangan dan anak jalanan ibukota
September 2011,
Di Ruang Tengah Rumah
No comments:
Post a Comment