hai.. namaku Ade, lengkapnya Ade Setio Nugroho, konon kenapa namaku seperti itu,
ADE : aku anak terakhir, bungsu
SETIO : karna kesetiaan selama puluhan tahun (antara ibu-bapakku) maka aku bisa hadir di dunia ini
NUGROHO : aku adalah anugrah (kata ibu, semoga bilangnya dari hati.. huehehe :D)
aku terlahir di keluarga yang sederhana, sangat sederhana, kesederhanaan yang memaparkan kepadaku tentang sulitnya hidup, namun tidak sederhana kebahagiaan yang terhambur di keluarga kecilku.
Aku tumbuh dan berkembang di banyak lingkungan dan banyak pergaulan,
sedikit gambaran tentang aku dan hidupku..
Pecinta Alam
lingkungan pecinta alam adalah lingkungan yang membentuk diriku, aku menjadi seperti sekarang ini, untuk hal baik dan hal buruknya, sebagian besar adalah peran dari lingkungan ini, alam mengajarkanku banyak hal, dan tak pernah bosan untuk mengajariku.
Gunung
Gunung adalah tempatku meringankan hati, menyendiri, lalu melebur, dalam dingin dan sepi..
Pantai
Pantai selalu memberikan kedamaian, lewat percikkan dan deburan ombaknya. Duduk menentang ombak di keheningan senja, adalah ketenangan yang tak bisa di jelaskan dengan tulisan..
Musik
Gitar adalah temanku yang paling setia saat berada di kamar, musik adalah media tempat aku mengekpresikan diri, aku senang membuat orang terhibur dengan aku bermain musik..
Billiard
Billiard, hobiku dari semenjak SMA hingga sekarang..
Futsal
Dari olahraga aku belajar untuk berbesar hati, menerima kekalahan dan kemenangan, mengajar kan aku bekerja-sama dalam sebuah tim..
CINTA (?)
It's hard to explain about this.. :D
That's all a little about me, and my life.. :)
Tuesday, July 19, 2011
Saturday, July 16, 2011
Kritik Buat Seorang Pemimpin
Hmmm… tulisan saya kali ini untuk anak-anak 17 tahun ke atas, buat yang di bawah 17 tahun tidak di anjurkan untuk membaca, tapi kalo tetep kepengen baca.. ya monggo.. :D
Saya akan membahas tentang seorang pemimpin, bukan bermaksud untuk menggurui, karna saya pun belum pernah menjadi pemimpin dalam suatu organisasi, tapi saya pelan-pelan mencoba mengamati para pemimpin yang pernah dekat dengan kehidupan saya.
Ada yang pernah bertanya kepada pak pemimpin :
“apa modal anda berani mencalonkan diri sebagai pemimpin?”
“Saya punya teman-teman yang selalu siap mengoreksi saya ketika saya salah”, sungguh sebuah jawaban yang bagus, saya senang dengan jawabannya..
Namun, pada kenyataannya, Bagaimana bisa dikoreksi, jika diri sendiri saja selalu merasa benar,
Jika berbeda pendapat saja langsung di analogikan sebagai hewan,
Jika memberi kritik saja langsung disebut sebagai pemfitnah, pencundang dan pahlawan kesiangan?
Saya sepakat, jika seorang pemimpin hebat adalah orang-orang yang kontroversial, dan banyak penentangnya. Saya mengambil contoh yang sangat dekat dengan kita,
mereka sangat kontroversial dan jelas sekali banyak penentangnya, namun controversial dalam hal yang sangat jelas, nyata, yang konkrit, bukan controversial untuk hal-hal bodoh, seperti.. memberikan julukan “hewan” untuk orang yang berbeda pendapat dengan dirinya, merasa lebih manusia dari manusia yang lain.
Tapi.. Bagaimana mungkin bisa menjadi seorang pemimpin hebat, jika kemampuan berbicara saja tidak pernah mencerminkan seorang pemimpin?
Bagaimana mungkin bisa menjadi seorang pemimpin hebat, jika sudah tidak cakap berbicara, namun juga tidak cakap mendengar?
Mengutip perkataan dari seorang teman, “Pemimpin dipatuhi karena dihargai bukan ditakuti. BerSIFAT pemimpin maka dihargai, jangan karena JABATAN pemimpin maka ditakuti.”
Menyedihkan sekali jika seorang pemimpin kita berkata, “jangan asal nge-judge donk”, tapi pada dasarnya dirinya sendiri yang selalu men-judge orang lain,
Saat menjadi seorang pemimpin, anda bukan hanya membawa nama anda sendiri, tapi anda cerminan dari kelompok yang anda pimpin,
Coba bandingkan, jika seorang Megawati berkata, “Amerika Serikat adalah Negara yang isinya hewan-hewan tidak berakal”, dengan SBY yang berkata seperti itu, sungguh lah sangat berbeda efeknya.
Ayolah, coba kita buka mata dan wawasan lebih luas, dunia ini bukan hanya tentang benar dan salah, tapi juga ada baik dan buruk.
Bagaimana mungkin seorang pemimpin bisa dihargai, jika dirinya sendiri belum bisa menghargai orang lain.
Saya akan membahas tentang seorang pemimpin, bukan bermaksud untuk menggurui, karna saya pun belum pernah menjadi pemimpin dalam suatu organisasi, tapi saya pelan-pelan mencoba mengamati para pemimpin yang pernah dekat dengan kehidupan saya.
Ada yang pernah bertanya kepada pak pemimpin :
“apa modal anda berani mencalonkan diri sebagai pemimpin?”
“Saya punya teman-teman yang selalu siap mengoreksi saya ketika saya salah”, sungguh sebuah jawaban yang bagus, saya senang dengan jawabannya..
Namun, pada kenyataannya, Bagaimana bisa dikoreksi, jika diri sendiri saja selalu merasa benar,
Jika berbeda pendapat saja langsung di analogikan sebagai hewan,
Jika memberi kritik saja langsung disebut sebagai pemfitnah, pencundang dan pahlawan kesiangan?
Saya sepakat, jika seorang pemimpin hebat adalah orang-orang yang kontroversial, dan banyak penentangnya. Saya mengambil contoh yang sangat dekat dengan kita,
“Revolusi di Indonesia tidak akan pernah terjadi jika tidak ada orang-orang seperti Soekarno dan Soeharto”
mereka sangat kontroversial dan jelas sekali banyak penentangnya, namun controversial dalam hal yang sangat jelas, nyata, yang konkrit, bukan controversial untuk hal-hal bodoh, seperti.. memberikan julukan “hewan” untuk orang yang berbeda pendapat dengan dirinya, merasa lebih manusia dari manusia yang lain.
Tapi.. Bagaimana mungkin bisa menjadi seorang pemimpin hebat, jika kemampuan berbicara saja tidak pernah mencerminkan seorang pemimpin?
Bagaimana mungkin bisa menjadi seorang pemimpin hebat, jika sudah tidak cakap berbicara, namun juga tidak cakap mendengar?
Mengutip perkataan dari seorang teman, “Pemimpin dipatuhi karena dihargai bukan ditakuti. BerSIFAT pemimpin maka dihargai, jangan karena JABATAN pemimpin maka ditakuti.”
Menyedihkan sekali jika seorang pemimpin kita berkata, “jangan asal nge-judge donk”, tapi pada dasarnya dirinya sendiri yang selalu men-judge orang lain,
Saat menjadi seorang pemimpin, anda bukan hanya membawa nama anda sendiri, tapi anda cerminan dari kelompok yang anda pimpin,
Coba bandingkan, jika seorang Megawati berkata, “Amerika Serikat adalah Negara yang isinya hewan-hewan tidak berakal”, dengan SBY yang berkata seperti itu, sungguh lah sangat berbeda efeknya.
Ayolah, coba kita buka mata dan wawasan lebih luas, dunia ini bukan hanya tentang benar dan salah, tapi juga ada baik dan buruk.
Bagaimana mungkin seorang pemimpin bisa dihargai, jika dirinya sendiri belum bisa menghargai orang lain.
Thursday, July 14, 2011
Puisi (cinta) untuk "cinta"
Aku berbisik..
Pada dingin yang menyelimuti malam,
Pada malam yang menyelimuti sepi,
Lewat hening malam yang membeku,
kuhanyutkan perahu-perahu rindu,
menuju puing-puing kenangan,
Menuju puing-puing harapan yg masih berpendar..
Mungkinkah tersisa cinta di sana?
Di atas perahu rindu,
Yang masih terombang-ambing mencari tempat berlabuh..
Ataukah cinta memang tak pernah lahir dari segumpal darah dari tubuh itu?
Namun hanya sebuah ungkapan untuk kesenangan semu..
Sobek saja perahu rindu itu,
Biarkan tenggelam..
Biarkan hilang,
Biarkan mati di telaga sunyi..
Kata "cinta" hanyalah sebuah ilusi,
Untuk sebuah hati yang terlalu sepi..
Untuk sebuah hati yang lelah mencari..
Juli 2011,
Di Rumah Sakit Fatmawati
Pada dingin yang menyelimuti malam,
Pada malam yang menyelimuti sepi,
Lewat hening malam yang membeku,
kuhanyutkan perahu-perahu rindu,
menuju puing-puing kenangan,
Menuju puing-puing harapan yg masih berpendar..
Mungkinkah tersisa cinta di sana?
Di atas perahu rindu,
Yang masih terombang-ambing mencari tempat berlabuh..
Ataukah cinta memang tak pernah lahir dari segumpal darah dari tubuh itu?
Namun hanya sebuah ungkapan untuk kesenangan semu..
Sobek saja perahu rindu itu,
Biarkan tenggelam..
Biarkan hilang,
Biarkan mati di telaga sunyi..
Kata "cinta" hanyalah sebuah ilusi,
Untuk sebuah hati yang terlalu sepi..
Untuk sebuah hati yang lelah mencari..
Juli 2011,
Di Rumah Sakit Fatmawati
Tuesday, July 5, 2011
Gunung Merbabu (solois) via cuntel
Sabtu pagi, 2 juli 2011, belum genap 2 hari libur semester genap tahun ini, tapi kakiku sudah gatal ingin melangkah ke tempat-tempat baru, badanku mulai rindu udara dingin yang menusuk-nusuk, dan jiwaku mulai candu akan ketenangan di puncak ketinggian gunung. Pagi itu, kuputuskan untuk berangkat naik gunung merbabu, jawa tengah, 3142 Mdpl. Awalnya aku mengajak seorang teman, tapi karna dia tidak bisa bergabung, aku berangkat sendiri (solois).
Aku langsung packing barang, menyewa tenda (gak dapet pinjaman -.-"), dan membeli logistic yang diperlukan, karena kali ini aku solois maka logistic harus lengkap, mulai dari tenda, alat masak, dan barang-barang lainnya. Aku membawa 4 liter air, tenda dome ukuran 2 orang, roti sobek, mie dan logistic lain yang diperlukan. Jam 13.00 aku selesai packing, sesaat sebelum berangkat, aku mendapat sms dari seorang teman, katanya mau ngasi sesuatu, jam 14.00 temanku sampai di kontrakanku, ternyata dia ngasi coklat, pas banget aku belum beli coklat.. hehe..
Jam 14.00 aku berangkat dari yogya naik motor, menuju kopeng, lewat magelang. Beberapa kilometer sebelum kopeng, gunung merbabu mulai terlihat jelas, kelihatan pula gunung sumbing di sebelah kiri jalan. 2 jam perjalanan dari yogya, aku sampai di base camp cuntel (pos pendaftaran pendakian). Setelah registrasi dan bertanya di base camp tentang letak tempat-tempat mata air di perjalanan nanti, aku langsung mulai mendaki.
Jam 16.15 aku memulai pendakian, baru aja start dari base camp tapi jalur langsung tanjakan terjal gak putus-putus, baru mulai aja udah ngos-ngosan.. hehe.. 30menit perjalanan, aku sampai di pos bayangan 1, belum ada yang special di sini, jadi aku melanjutkan perjalanan lagi, setelah 1 jam perjalanan aku samapi di pos 1, watu putut, 2145 Mdpl, aku istirahat sebentar. Hari semakin sore, senja menjelang, aku percepat langkahku menuju pos 2, karna dari info yang aku dapat, perjalanan dari pos 1 ke pos 2 tidak terlalu padat pohon, bagus untuk menikmati senja dan sunset. Di tengah perjalanan menuju pos 2, aku berhenti sejenak, sambil melihat segerombolan awan di bawah kakiku dan cahaya kemerah-merahan di pelupuk mata hasil dari pancaran sinar matahari yang hampir tenggelam.
Matahari terbenam, bulan sabit mulai tampak, di temani bintang-bintang yang mulai bermunculan pula, aku melanjukan perjalanan lagi, jam 18.30 aku sampai di pos 2, kedokan, 2300 Mdpl, di sini pemandangannya juga indah, terlihat kelap-kelip lampu kota magelang jauh di bawah kakiku, aku istirahat sebentar di pos 2, mengeluarkan alat masak, ngopi sejenak, sambil menikmati cahaya lampu kota magelang.
Setelah selesai ngopi, aku melanjutkan perjalanan lagi menuju pos 3 (2458 Mdpl), butuh sekitar 1 jam untuk sampai ke pos 3, dari sini, tanjakan nya mulai afgan lagi, jam 19.45 aku sampai di pos 3, di pos ini dingin mulai membelai pelan-pelan, aku mengeluarkan jaket 1 lagi agar lebih hangat, pos 3 adalah camp ground, karna datar seperti di lembah, di sini aku bertemu dengan rombongan dari Jakarta, ITB dan anak sma dari kopeng, rombongan dari kopeng membuat api unggun, aku ikut gabung duduk di dekat api unggun mereka.. hehe.. Aku istirahat 1 jam di sini, jam 22.00 aku melanjutkan perjalanan menuju pos 4, pemancar (2883 Mdpl) pos 4 adalah pertemuan dari jalur thekelan dan jalur cuntel, jadi pendaki yang lewat jalur cuntel dan thekelan, bisa bertemu di mulai dari pos 4.
Jam 23.00 sampai di pos 4, aku langsung mendirikan tenda, berencana bermalam di sini dan melanjutkan perjalanan besok pagi jam 4 subuh, supaya bisa menikmati sunrise di puncak merbabu. Setelah mendirikan tenda, aku masak untuk makan malam dan bikin kopi, perut udah mulai minta di supply sama sesuatu. Selesai makan dan menimati secangir kopi untuk sedikit mengalihkan hawa dingin yang mulai menusuk-nusuk, aku langsung tidur, menyiapkan tenaga buat summit attack.
Jam 03.30 aku bangun, membuat kopi, sambil mendengarkan music, menikmati dingin, gelap dan sunyinya gunung merbabu, setelah selesai ngopi, aku langsung melipat tenda dan kemas barang-barang, jam 04.30 aku melanjutkan pendakian, SUMMIT ATTACK!
Dari pos 4, menurut perhitungan, jika mendaki tanpa istirahat, butuh waktu sekitar 1,5 jam untuk sampai ke puncak tertingginya, kenteng songo, 3142 Mdpl, dengan semangat membara dan carrier yang semakin lama semakin terasa berat, aku melanjutkan pendakian, dari pos 4 jalur pendakian terasa seperti menurun, jauh, terus menurun, dan benar ternyata itu bukan perasaanku, tapi memang benar-benar menurun, sedikit sedih rasanya, setelah mendaki tinggi-tinggi, lalu mesti turun lagi, dan yang PASTInya harus NAIK lagi, karena tujuanku adalah puncak, kaki dan badanku sudah mulai terasa pegelnya, tapi tidak masalah buatku, selama aku masih sadar dan belum pingsan, berarti tenaga ku masih ada dan aku akan terus melangkah sampai tujuanku tercapai, PUNCAK KENTENG SONGO 3142 Mdpl.
Setelah setengah jam perjalanan, aku mulai mencium bau belerang, yang berasal dari kawah sisa letusan gunung merbabu di zaman dulu, kawahnya tidak terlihat, karna pekatnya gelap malam di sini, mulai dari tempat ini, medan tempur jalur pendakian adalah batu-batu, tidak sedikit batu besar setinggi lebih dari 1 meter menghalang jalan, dan harus memanjatnya. Setelah selesai berjuang melewati batu-batu besar itu, aku sampai di jembatan setan, di sebut jembatan setan karna jalannya cuma setapak dan di kanan-kirinya adalah jurang, aku berjalan perlahan.
Setelah melewati jembatan setan, aku melihat langit di sebelah timur mulai tampak kemerah-merahan, aku semakin mempercepat langkahku, sebab aku ingin melihat sang surya yang mulai mengintip-ngintip di balik awan di sebelah timur itu di puncak gunung merbabu. Mendaki beberapa menit, aku sampai di persimpangan, dari persimpangan ini, pendaki bisa memilih, ke kiri ke puncak mbah syarip (3119 Mdpl) atau ke kanan ke puncak kenteng songo (3142 Mdpl) aku memilih puncak kenteng songo, puncak tertinggi gunung merbabu, dari puncak kenteng songo, 7 puncak tertinggi gunung merbabu bisa terlihat.
Jam 05.30, keadaan di sekelilingku mulai terang, tapi matahari belum muncul di atas awan, puncak kenteng songo semakin jelas terlihat, jalur pendakian pun semakin menantang, beberapa kali aku harus menuruni batu-batu terjal yang di sampingnya adalah jurang. Jam 05.50, tinggal sedikit lagi mencapai puncak, matahari sudah naik di atas awan, indah sekali, the best sunrise I ever seen.
Aku melanjutkan perjalanan lagi, tinggal sedikit lagi sampai di puncak kenteng songo, aku berhadapan dengan tebing, dan harus merayap di samping sisi-sisi tebingnya, aku merayap perlahan karna sambil membawa carrier, setelah melewati tebing itu, tinggal langkah terakhir menuju kenteng songo, tepat jam 06.00 pagi aku sampai di puncak kenteng songo (3142 Mdpl), sungguh perjalanan dan perjuangan yang panjang untuk sampai di tempat ini.
Pemandangan di puncak tertinggi gunung merbabu ini sungguh menawan, dari sini, bisa terlihat dengan jelas 7 puncak tertinggi gunung merbabu, puncak gunung merapi yang masih berasap, gunung sindoro, gunung sumbing, indah sekali teman. Tanpa sadar aku lupa akan rasa lelah di kaki dan pundakku, menikmati pesona pemandangan indah dari puncak tertinggi gunung merbabu.
Pendakian Gunung Merbabu (solois) via cuntel, end with Puncak Kenteng Songo 3142 Mdpl.
aku pergi sendiri..
bukan untuk menunjukkan kekuatan seorang diri,
aku hanya mencari ketenangan lewat sunyi,
mencari kedamaian lewat indahnya alam di ketinggian..
Pendakian Gunung Merbabu (solois) via Cuntel
2-3 Juli 2011
Salam Lestari,
Ade Setio Nugroho
P.S: Ketemu sama anak SMP di sana, kasi roti, minta tolong foto-fotoin. heuheu
Aku langsung packing barang, menyewa tenda (gak dapet pinjaman -.-"), dan membeli logistic yang diperlukan, karena kali ini aku solois maka logistic harus lengkap, mulai dari tenda, alat masak, dan barang-barang lainnya. Aku membawa 4 liter air, tenda dome ukuran 2 orang, roti sobek, mie dan logistic lain yang diperlukan. Jam 13.00 aku selesai packing, sesaat sebelum berangkat, aku mendapat sms dari seorang teman, katanya mau ngasi sesuatu, jam 14.00 temanku sampai di kontrakanku, ternyata dia ngasi coklat, pas banget aku belum beli coklat.. hehe..
Jam 14.00 aku berangkat dari yogya naik motor, menuju kopeng, lewat magelang. Beberapa kilometer sebelum kopeng, gunung merbabu mulai terlihat jelas, kelihatan pula gunung sumbing di sebelah kiri jalan. 2 jam perjalanan dari yogya, aku sampai di base camp cuntel (pos pendaftaran pendakian). Setelah registrasi dan bertanya di base camp tentang letak tempat-tempat mata air di perjalanan nanti, aku langsung mulai mendaki.
Jam 16.15 aku memulai pendakian, baru aja start dari base camp tapi jalur langsung tanjakan terjal gak putus-putus, baru mulai aja udah ngos-ngosan.. hehe.. 30menit perjalanan, aku sampai di pos bayangan 1, belum ada yang special di sini, jadi aku melanjutkan perjalanan lagi, setelah 1 jam perjalanan aku samapi di pos 1, watu putut, 2145 Mdpl, aku istirahat sebentar. Hari semakin sore, senja menjelang, aku percepat langkahku menuju pos 2, karna dari info yang aku dapat, perjalanan dari pos 1 ke pos 2 tidak terlalu padat pohon, bagus untuk menikmati senja dan sunset. Di tengah perjalanan menuju pos 2, aku berhenti sejenak, sambil melihat segerombolan awan di bawah kakiku dan cahaya kemerah-merahan di pelupuk mata hasil dari pancaran sinar matahari yang hampir tenggelam.
Sunrise di Pos 2 |
Matahari terbenam, bulan sabit mulai tampak, di temani bintang-bintang yang mulai bermunculan pula, aku melanjukan perjalanan lagi, jam 18.30 aku sampai di pos 2, kedokan, 2300 Mdpl, di sini pemandangannya juga indah, terlihat kelap-kelip lampu kota magelang jauh di bawah kakiku, aku istirahat sebentar di pos 2, mengeluarkan alat masak, ngopi sejenak, sambil menikmati cahaya lampu kota magelang.
Setelah selesai ngopi, aku melanjutkan perjalanan lagi menuju pos 3 (2458 Mdpl), butuh sekitar 1 jam untuk sampai ke pos 3, dari sini, tanjakan nya mulai afgan lagi, jam 19.45 aku sampai di pos 3, di pos ini dingin mulai membelai pelan-pelan, aku mengeluarkan jaket 1 lagi agar lebih hangat, pos 3 adalah camp ground, karna datar seperti di lembah, di sini aku bertemu dengan rombongan dari Jakarta, ITB dan anak sma dari kopeng, rombongan dari kopeng membuat api unggun, aku ikut gabung duduk di dekat api unggun mereka.. hehe.. Aku istirahat 1 jam di sini, jam 22.00 aku melanjutkan perjalanan menuju pos 4, pemancar (2883 Mdpl) pos 4 adalah pertemuan dari jalur thekelan dan jalur cuntel, jadi pendaki yang lewat jalur cuntel dan thekelan, bisa bertemu di mulai dari pos 4.
Bikin kopi |
Jam 03.30 aku bangun, membuat kopi, sambil mendengarkan music, menikmati dingin, gelap dan sunyinya gunung merbabu, setelah selesai ngopi, aku langsung melipat tenda dan kemas barang-barang, jam 04.30 aku melanjutkan pendakian, SUMMIT ATTACK!
Dari pos 4, menurut perhitungan, jika mendaki tanpa istirahat, butuh waktu sekitar 1,5 jam untuk sampai ke puncak tertingginya, kenteng songo, 3142 Mdpl, dengan semangat membara dan carrier yang semakin lama semakin terasa berat, aku melanjutkan pendakian, dari pos 4 jalur pendakian terasa seperti menurun, jauh, terus menurun, dan benar ternyata itu bukan perasaanku, tapi memang benar-benar menurun, sedikit sedih rasanya, setelah mendaki tinggi-tinggi, lalu mesti turun lagi, dan yang PASTInya harus NAIK lagi, karena tujuanku adalah puncak, kaki dan badanku sudah mulai terasa pegelnya, tapi tidak masalah buatku, selama aku masih sadar dan belum pingsan, berarti tenaga ku masih ada dan aku akan terus melangkah sampai tujuanku tercapai, PUNCAK KENTENG SONGO 3142 Mdpl.
Setelah setengah jam perjalanan, aku mulai mencium bau belerang, yang berasal dari kawah sisa letusan gunung merbabu di zaman dulu, kawahnya tidak terlihat, karna pekatnya gelap malam di sini, mulai dari tempat ini, medan tempur jalur pendakian adalah batu-batu, tidak sedikit batu besar setinggi lebih dari 1 meter menghalang jalan, dan harus memanjatnya. Setelah selesai berjuang melewati batu-batu besar itu, aku sampai di jembatan setan, di sebut jembatan setan karna jalannya cuma setapak dan di kanan-kirinya adalah jurang, aku berjalan perlahan.
Jembatan Setan |
Jam 05.30, keadaan di sekelilingku mulai terang, tapi matahari belum muncul di atas awan, puncak kenteng songo semakin jelas terlihat, jalur pendakian pun semakin menantang, beberapa kali aku harus menuruni batu-batu terjal yang di sampingnya adalah jurang. Jam 05.50, tinggal sedikit lagi mencapai puncak, matahari sudah naik di atas awan, indah sekali, the best sunrise I ever seen.
Sunrise |
Pemandangan di puncak tertinggi gunung merbabu ini sungguh menawan, dari sini, bisa terlihat dengan jelas 7 puncak tertinggi gunung merbabu, puncak gunung merapi yang masih berasap, gunung sindoro, gunung sumbing, indah sekali teman. Tanpa sadar aku lupa akan rasa lelah di kaki dan pundakku, menikmati pesona pemandangan indah dari puncak tertinggi gunung merbabu.
Pendakian Gunung Merbabu (solois) via cuntel, end with Puncak Kenteng Songo 3142 Mdpl.
Puncak Kenteng Songo |
aku pergi sendiri..
bukan untuk menunjukkan kekuatan seorang diri,
aku hanya mencari ketenangan lewat sunyi,
mencari kedamaian lewat indahnya alam di ketinggian..
Pendakian Gunung Merbabu (solois) via Cuntel
2-3 Juli 2011
Salam Lestari,
Ade Setio Nugroho
P.S: Ketemu sama anak SMP di sana, kasi roti, minta tolong foto-fotoin. heuheu
Subscribe to:
Posts (Atom)